Radha dan Krishna
Dikisahkan Prabhu Dasaratha memiliki
empat orang anak yakni Rama, Bharata, Laksamana dan Satrughna. Tertampan
diantara yang tampan adalah RamaChandra, pemuda yang amat dicintai oleh
keluarganya. Berbagai penjuru dunia telah ia taklukan bersama adiknya,
Laksamana. Sementara telah ditakdirkan ia seorang pendamping bernama Sita,
Putri cantik yang sangat didambakan oleh para raja dan pemuda diseluruh pelosok
dunia.
Disaat
yang berbahagia atas pengangkatan Rama untuk menggantikan ayahnya dalam
memerintah Negeri Ayodhya, Rama harus terusir dari kerajaan atas permintaan
ibunya, Dewi Keikeyi. Ia, Laksamana dan istrinya, Sita akhirnya mengasingkan
diri selama belasan tahun di hutan. Mereka hidup bahagia dengan cinta dihati
mereka. Namun bencana besar terjadi ketika raksasa Rahvana datang dan
menginginkan Sita untuk menjadi isterinya. Segala cara ditempuh, termasuk
menculik Sita dari tangan Rama hingga membuat Rama murka karena perbuatan
Rahvana yang berani merebut milik orang lain. Dengan bantuan Hanuman,
pertempuran antara Rama dan Rahvana pun terjadi. Takdir ditangan Tuhan, Rama
akhirnya berhasil mengalahkan Rahvana dan membuat dunia kembali damai.
Kebajikan mengalahkan kejahatan. Yeiiiiiiiiiii…!
I like it ! Kisah tentang Rama dan Sita,
kisah cinta sejati yang tidak ada tandingannya. Bermimpi ketemu sosok Pangeran
Rama yang tampan, menunggang kuda dan menyuruhku naik bersamanya. Auch,
romantis banget.
“Mimpi
tengah hari. Ngurus Satya aja kamu gak pernah beres, lagi mau ngurusin pangeran
yang lain. Mimpi jangan tinggi-tinggi, neng, jatuhnya sakit” kakakku mulai
nyolot ketika dia kuceritakan tentang keinginanku bertemu dengan Rama.
“Males
akh ngomongin dia. You know why?
Karena dia gak care sama aku”
“Eleh,
baru pertama jadian cinta-cintaan, sekarang udah lama jadian, bosen”
“Aku
gak bosen. Cuman dianya ajah tuh yang berusaha nunjukin kalau cinta itu cuman
indah diawal. Baru jadian perhatiannya minta ampun, sekarang giliran udah
jadian lama, dia malah gak pernah mikirin dan ngertiin aku”
“Jangan
sampai dia lepas aja. Soalnya susah dapetin cowok baik kayak dia”
Mendengar
saran kakakku, aku jadi bĂȘte
mendadak. Hugh, lagi bagus suasana hati mikirin Rama, eh malah dirusak. Gak
bisa liat saudara senang dikit.
Baru
beberapa bulan jadian dengan Satya, keluargaku teramat sangat mendambakan dia
sebagai menantu karena kebaikan hatinya. Ya, kuakui dia memang laki-laki
terbaik yang pernah kukenal. Tapi gak bisa setiap aku ada masalah, bukan jadi
tempat berbagi, dia malah seenaknya nambah-nambahin masalahku dengan mengajakku
berkelahi. Edan! Atau jika tidak melihatku menangis, dia tidak akan bertindak
mengontrol emosiku. Hugh, aku merasa dipojokkan karena sifatnya yang terkenal
selalu mengalah menghadapi sikapku yang keras. Padahal akhir-akhir ini,
kesabarannya seperti sudah tidak ada lagi. Aku sudah mengalah ketika dia
menyuruhku tidak berhadapan dengan buku ketika berdua dengannya. Tapi masih
juga aku dikalahkan oleh kegemarannya atas sepak bola. Mengalah akhirnya. Sabar
berulang beberapa kali, begitu juga yang dia lakukan untukku. Terlalu banyak
ketidak-cocokkan yang kutemukan beberapa bulan setelah kami jadian. Berantem
lagi, berantem lagi. Lalu kini kumiliki pikiran untuk sendiri saja. Sudah tidak
nyaman sekali rasanya aku.
Setelah
memikirkan sejenak tentang pacarku, Satya, aku akhirnya lebih memilih tenggelam
dibawah hamparan ribuan langit. Damai sekali kurasakan setiap kupandangi semua
ini. No more for sad, no more for my
problem, karena kupikir semua akan berlalu setelah kulihat bintang-bintang
berkelip indah seperti sekarang. Jadi ingat waktu pertama kali jadian, Satya bilang
aku kayak kurang kerjaan punya hobi liat bintang-bintang dilangit, dan itu
seharusnya menjadi pertanda kalau akhirnya kami tidak akan menjadi cocok.
Menerawang bintang adalah hidupku, bahkan terasa lebih sulit ketika punya
masalah, lalu aku tertawa lepas bersama teman-temanku. Lebih baik begini.
Sunyi, sepi, dan menerapkan bagaimana caraku berkomunikasi dengan
bintang-bintang.
Sedang
asik meluangkan waktu untuk hobiku, kakak tingkat dikampusku, Krishna,
tiba-tiba membuyarkan konsentrasiku. Heh, ada apa dia SMS malam-malam begini?
Kubuka
SMS dilayar HPku. Dia katakan bahwa dia akan mengatakan sesuatu padaku. Sesuatu
yang berbelit-belit sekali kukira. Setelah kudesak, dia akhirnya memberitahuku
tujuannya mengirimkan SMS. Dia bilang dia suka padaku sejak pertama kali
kuinjakkan kakiku di kampus. Hah??? Tentu saja aku jadi dibuat shock luar biasa. Kok aku lagi?
“Addduuuuuuuuhhhhhhh,,”
kuacak-acak rambutku, “Kenapa coba mesti aku? What wrong with my life? Kenapa cobaan selalu datang bertubi-tubi.
Belum selesai masalah satu, datang lagi yang lain. Apa sih yang diliat sama
cowok-cowok dari aku? Tampang juga gak cantik-cantik amat, body gak seksi,
kelakuanku tomboi, paling cuman menang pinternya doang. Heran, gak saudara, gak
teman, gak pacar, semuanya bikin binggggguuuuuuunnngggg”
Kutegunkan
diriku untuk beberapa saat. Kudengar bintang mulai berbicara, “Jangan mendesah
nafas begitu, Tuhan tidak akan menyukainya. Mintalah petunjuk atas kemalanganmu
dengan bersujud lebih sering. Tuhan akan bersamamu kapanpun. Saat kamu bahagia,
dan juga saat kamu bersedih. Dia saja bisa sesetia itu padamu, kenapa kamu
tidak?”
Cukup
kumengerti kata-kata bintang hingga membuatku tertegun sekian lama. Mereka
benar. Aku mungkin bisa meminta petunjuk Tuhan setelah ini. Kalau tidak
padaNya, lalu pada siapa lagi aku harus mengadukan semua masalahku? Pada
teman-temanku? Tidak, tidak akan mungkin aku mampu menceritakan permasalahanku
pada mereka. Teman-temanku hanya tempat untuk berbagi kebahagiaan, jika
penderitaan yang kualami, lebih baik aku tidak bertemu dengan mereka. Kuberikan
mereka kebahagiaan, bukan menambahkan beban mereka dengan masalahku.
Setiap
cinta adalah setiap nafas. Kiblat Sang Mestro adalah melodi tentang cinta.
Tujuan penyair puisi adalah tentang cinta. Apapun tentang cinta, tak habis
dibicarakan karena beragam kisah kehidupan di dunia. Cinta pada kekasih hati,
cinta pada keluarga, cinta pada sahabat, cinta pada kehidupan, dan tenu cinta
pada Tuhan. Semuanya tergambar jelas mengalir seperti aliran sungai jernih yang
mengalir sedemikian tenang. Bersamaan dengan ketenangan itu, alunan musik
surgawi mengalir diantara selasah angin yang memberi kesejukkan. Cinta seindah
namanya, cinta semerbak pesonanya. Namun mengapa begitu sulit ku
mengartikannya?
“Cinta
akan menemukan jalannya. Tuhan telah menggoreskan takdir hidupmu untuk bertemu
dengan seorang yang mampu menuntun langkahmu. Sayang, pergilah ikuti cahayaNya.
Kami akan menemuimu setelah kamu menemukan arti cinta sesungguhnya”
berulang-kali bintang berkelip dan akhirnya menghilang setelah perkataan
mereka. Awan telah menelan mereka, dan aku sadar bahwa hari telah semakin
larut. Aku harus segera tidur.
***
Semakin
hari semakin menjadi. Tingkah laku Satya sudah semakin keterlaluan. Dia kah
yang akan menjadi suamiku kelak, dimana pengetahuannya tentang Tuhan hanya
sebatas itu dimatanya. Dia yang akan menjadi penuntunku, karena yang kurasa
adalah aku yang menjadi laki-laki, bukan dia. Tuhan, apakah dia jodohku? Jika
sakit yang kutemukan setiap hari, aku berani jamin bahwa aku tidak akan
berpikir lama untuk membunuh diriku sendiri. Aku sudah tidak kuat, aku sudah
hampir menyerah mengertikannya. Kelakuannya seperti anak kecil. Tentu saja aku
akan yakin bahwa bukan dia yang dimaksudkan bintang. Dia bukan takdirku.
Sebaliknya
dengan Krishna. Dia adalah sosok seorang yang tiba-tiba ada ketika aku
membutuhkannya. Walaupun dia mengatakan bahwa dia menyukaiku lewat SMS, tapi aku
yakin dimatanya ada ketulusan ketika aku menatapnya. Laki-laki ini berbeda
dengan laki-laki lainnya. Dia jujur, tidak ada sama sekali kebohongan
dimatanya. Lebih dari itu dia adalah laki-laki yang baik, laki-laki yang siap
memberiku perhatian ketika aku sedang dilanda kemalangan. Ditambah lagi dia
menguasai pengetahuan tentang Tuhan. Tentu saja kupikir bahwa dia adalah
laki-laki yang dimaksudkan. Tapi ya gak mungkin juga. Krishna itu udah punya
cewek, ceweknya cantik pula. Aku juga udah punya Satya. Jadi semakin menjadi
tidak mungkin.
Aku
sekarang berada pada dilemma besar. Disatu sisi aku takut kalau hatiku
mengatakan bahwa aku telah jatuh cinta pada Krishna. Tapi disisi lain, aku
benar-benar telah membutuhkannya. Sementara Satya? Akh, kurasa dia sudah benar-benar
telah enyah dari pikiranku. Sudah tidak ada lagi rasa yang tersisa kecuali
keinginanku untuk melepaskan diri darinya. Aku menyerah mengertikannya. Aku
ingin dia pergi dari kehidupanku.
Diantara
dua pilihan aku berdiri kini. Sempat kupikir bahwa aku akan meninggalkan
keduanya saja karena aku memang tidak bisa memilih salah satu diantara mereka.
Jika kupilih Krishna yang diketahui sudah memiliki kekasih namun sangat aku
sayangi dalam waktu sesingkat itu, aku sama saja menceburkan diriku kedalam
jurang tempat ular cobra bersemayam, bunuh diri itu namanya. Tapi jika aku
memilih Satya, sudah tentu hilangnya kecocokan diantara kami akan membuat
semangatku mati, sama saja dengan meminum racun, membunuh perlahan.
Aku
bingung. Maka kuputuskan meminta petunjuk Tuhan saja. Dalam doa kusebut nama
mereka, berharap Tuhan akan memberitahuku siapa yang lebih cocok menjadi
pendampingku kelak. Tercurah air mata karena kisah cinta yang menekan bathinku.
Tapi bukannya diberikan jawaban, wajah keduanya malah menghilang dalam pikiran.
Aku panik tiada tara. Bagaimana mungkin keduanya bukan merupakan pendamping
untukku? Tidak mungkin.
Sekali
lagi kucoba menemukan sosok Krishna dalam anganku. Tuhan, kenapa keyakinanku
sama sekali tidak didukung? Apakah ini hukuman atas perempuan yang berani
menduakan hati untuk pertama kali? Jika memang begitu, tidak sanggup sudah aku
melanjutkan semuanya. Telan saja aku sekarang. Atau biarkan aku membunuh diriku
sendiri dengan menggantung leherku di langit-langit kamar. Stupid! Bahkan mati bukan jalan yang berarti dimataku. Sungguh
tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
Dalam
kebimbangan, pandangan mataku mulai kosong. Kutemukan sebuah kitab suci di dalam
lemari buku-ku lalu kubaca isinya. Setelah itu kudapatkan keinsyafan yang
merasuk dalam jiwaku. Tuhan tidak akan membiarkanku terpuruk sendirian. Dalam
doa harusnya aku memasrahkan diri, bukan memaksa-Nya memberikan petunjuk
tentang siapa yang lebih baik menjadi pendampingku. Bukankah segalanya Dia yang
mengatur? Lalu untuk apa aku meminta dunia jika Dia sanggup memberikanku surga?
Bagaikan
angin dibawah sayap. Setelah kejadian itu, aku mulai mendekatkan diri pada
sosok Sang Pencipta. Damai rasanya hatiku, seluruh kegundahanku pun sirna.
Banyak mimpi yang kudapatkan dimana mimpi-mimpi tersebut mengatakan bahwa Krishna
adalah laki-laki yang paling tepat untukku. Ya, tentu saja. Karena hanya Krishna
yang selalu ada ketika aku membutuhkan seorang teman untuk sekedar berbagi
kesedihan. Bersamaan dengan itu, mengikuti arus waktu yang dibawakan Tuhan untukku,
aku akhirnya mampu menduakan hati. Krishna lebih menyayangiku, dan tentu saja
aku memilih dia tanpa harus memikirkan tentang perasaan Satya. Ku dapatkan
keputusan, dan segeralah aku memutuskan hubunganku dengan Satya setelah Krishna
juga memutuskan hubungannya dengan Nina beberapa hari yang lalu. Sedih, sudah
pasti. Tapi aku tidak akan menyesali keputusanku. Aku yakin Satya akan
mendapatkan pasangan yang lebih cocok nantinya. Pasangan yang bukan bertindak
sebagai tukang marah, tukang atur dan penyakitan kayak aku. Maaf, sayang,
sepertinya kita sudah benar-benar tidak memiliki kecocokan satu sama lain. Ku
doakan kamu bisa mendapatkan penggantiku.
Tuhan,
ampuni dosaku karena telah menyakiti hati seseorang demi kebahagiaanku sendiri.
Kedengarannya aku memang sangat egois, bahkan kukira aku sudah berhasil mematikan
rasaku pada Satya. Aku hanya menginginkan perhatian yang tidak pernah sanggup
diberikan oleh Satya akhir-akhir ini, namun kusadari begitu kusakiti hati
laki-laki baik itu kubuat. Biarlah. Mungkin jika tidak denganku, dia akan lebih
baik dari yang sekarang. Kupanjatkan doa agar Tuhan selalu menuntun langkahnya
dalam bahagia.
Baiklah,
keputusan sudah kuambil. Tak harus ada penyesalan lagi setelah ini. Satya
pergi, kukatakan sejujurnya jika aku sudah putus dengan Satya pada
saudara-saudaraku, pada teman-temanku, dan juga pada ibuku. Mereka sangat
kecewa, dan yang membuat aku sedih adalah kekecewaan ibuku.
“Kurang
baik apa Satya sama kamu? Dia itu tulus, rela mengorbankan apa saja demi kamu.
Sekarang sama siapa mama memberikan harapan atas pendampingmu kalau bukan sama
Satya? Dia satu-satunya anak yang mama sayangi, nak” raut wajah kecewa ibuku
terpancar sebegitu dalam menusuk ke jantungku, “Kalau begini, mama takut Krishna
suatu saat akan jatuh cinta padamu. Sementara dia setiap hari datang kerumah,
dan mama tidak menyukai hal itu”
Jdeggggg!
Skak matt tanpa perlawanan! Mendengar hal ini air mataku hampir bercucuran.
Hatiku hancur menjadi berkeping-keping dan terbuang sia-sia. Ibuku tidak
merestui hubunganku dengan Krishna lalu untuk apa aku hidup lebih lama? Selama
ini, yang selalu menyeka air mataku adalah Krishna, yang selalu memberikan
semangat adalah Krishna. Lantas bagaimana bisa aku mampu hidup tanpa dia?
Karena
tidak mampu menelan derita sendiri, aku akhirnya berbagi dengan Krishna.
Kuceritakan tentang ibuku yang tidak memberikan restu.
“Katakan
jika kamu mencintaiku! Katakan itu pada ibumu!”
“Sudahlah,
kubiarkan dia tidak tahu tentang kita. Belum tahu saja, mama sudah melarang
kamu datang kerumah, apalagi kalau sudah tahu. Aku bisa gak dianggap anak”
“Setega
itukah ibumu mematikan kebahagiaan anaknya?”
Tangisanku
terhempas. Aku seperti merasa kalah dalam berperang. Ingin menyerah, tapi aku
tidak akan pantang arah hanya karena hal ini. Krishna adalah belahan jiwaku,
dan aku tidak akan melepaskannya semudah itu.
“Sepertinya
kita harus merahasiakan cinta kita dari siapapun. Krishna, aku tidak ingin kamu
pergi dari hidupku”
“Begitu
juga aku”
Sedih
sekali rasanya. Bahkan kesedihannya lebih kuat dari rasa sedihku mengakhiri
hubunganku dengan Satya. Sepertinya ujian kami akan menjadi bertambah sulit
setelah ini. Awalnya, hubungan kami terhalang oleh status kami yang sama-sama
telah memiliki seorang kekasih, namun cobaan itu masih bisa kami lewati.
Sekarang ujian berikutnya datang dari ibuku dan mengharuskan kami menjalin
cinta diam-diam. Aku sedih. Beberapa hari tidak bertemu membuat rindu dihati
tertahan, cinta yang mulai menyiksa bathin dan ragaku.
Belum
selesai masalah yang satu, datanglah lagi ujian Tuhan yang membuat kesedihanku
tertumpah. Ibunda Krishna juga tidak menyetujui hubunganku dengan Krishna
karena keadaanku yang sakit-sakitan. Tuhan, bagaimana mungkin ujian ini bisa
kulewati? Secepat aku yakin dengan cintaku, bersatunya pun terasa amat sangat
sulit. Entah mampu atau tidak kulewati semua karena kerapuhanku, kelemahanku
yang seperti tak kuat menopang tubuh. Ingin sekali rasanya kuteriakkan isi
hatiku pada selasah angin dingin, kujeritkan bahwa aku mencintai dia. Namun
tertundukku kemudian. Begitu berat bebanku, begitu sakit hatiku.
Angin,
tolong sampaikan ini pada belahan jiwaku, “Wahai seseorang yang bernama Krishna,
kukatakan bahwa aku kini merindukanmu. Tanpamu aku seperti sungai kering, tidak
ada artinya. Gersang duniaku bahkan setelah kita tidak bertemu. Rinduku padamu,
sayang. Bagaimana dengan kamu disana?”
Melihatku
yang kemudian tertunduk, hamparan awan mendung mengendurkan senyuman. Dia
kasihan padaku, dia tidak ingin melihatku menderita seperti sekarang. Mungkin
karena rasa kasihannya, dia katakan bahwa pangeranku juga merindukanku saat
ini. Betapa tangis mengalir di kedua pipiku. Aku kehilangan harap.
Awan
mendung masih berjaga. Tiada bintang menari, tiada bulan bersenandung. Aku
bersedih, maka langit pun ikut merasakan kesedihan. Tidak ada pilihan, aku
harus melewati semua sendiri. Akan kutunggu dunia memberikan dukungannya
padaku. Akan kubuktikan bahwa perempuan yang tidak diinginkan karena
berpenyakitan ini akan menjadi perempuan sempurna bahkan yang didambakan oleh
seluruh orang-tua. Aku akan menjadi Sita, pendamping Rama yang tentu saja akan
memberikan kebahagiaan mendalam pada hati semua orang. Lihat saja, ibu! Aku
akan memastikan bahwa cinta kami bahkan lebih kuat dari batu karang dilautan.
Senyumanku
mulai merekah. Akan kugoreskan seluruh alur kehidupanku pada sebuah sandaran
tinta bernama kertas putih. Masih membicarakan tentang cinta, cinta Krishna
dimana aku yang menjadi Radhanya.
Komentar
Posting Komentar