Mengalami Kejadian Gempa di Lombok
Jumat, 20 Juli 2018
Adik saya baru saja sah menjadi seorang suami, upacara diadakan secara sederhana di rumah kami. Malam hari, di luar acara pernikahan, saya ajak beberapa teman untuk lanjut makan lagi sambil minum beberapa botol bir bintang. Adik saya sempat bahas jalan-jalan, sekalian bulan madu, pengennya sih ke Lombok Utara, bagian air terjun. Kira-kira patungan untuk sewa mobil.
Sabtu, 28 Juli 2018
Saya dan teman-teman datang ke rumah Mahadi, situasinya Mahadi baru saja mengalami kecelakaan jadi kami menjenguknya. Walau dalam keadaan menahan sakit di kakinya, dia selalu tetap bisa membuat kami tertawa. Dia bercerita baru-baru membaca ramalan zodiak yang berisi bahwa akan terjadi sesuatu. Jadi kami pun meyimpulkan bahwa yang dimaksud zodiak tadi ya kecelakaan yang dia alami.
Sekian jam berselang, kami pun bahas PUBG. Saya suruh aja mereka main bareng, saya cuma melihat soalnya saya gak suka main game di hp. Sejak itulah saya rasanya pengen banget ikut main dan memutuskan untuk coba instal emulator PUBG di PC.
Minggu, 29 Juli 2018
Semestinya pada tanggal ini saya akan sangat senang dan bersemangat. Tanggal yang saya nantikan sejak lama, karena ini adalah tanggal ulang tahun saya. Kira-kira jam 6 pagi, saya dan istri bangun dengan cara yang tidak biasanya. Kami sekeluarga terkejut, cuma bisa lari secepatnya ke luar rumah. Saya pun spontan suruh istri keluar kamar lewat jendela tapi terhalang sepeda motor.
Ibu saya pun dengan gesit buka pintu gerbang. Ketika kami semua sudah di luar, gempa masih berlangsung. Semua tetangga panik namun akhirnya gempa bumi itu mereda. Kami pun kembali ke rumah masing-masing. Ternyata gempa tidak selesai di situ, hari itu muncul gempa susulan berkali-kali. Aktivitas apapun terasa tidak bersemangat. Apalagi ditambah menonton berita, ternyata kehancuran melanda Lombok bagian utara. Sampai-sampai saya bertanya, apa ini kado ulang tahun saya? Karena rasa duka,akhirnya saya tidak merayakan ulang tahun saya.
Lalu saya dan teman-teman teringat kembali akan ramalan zodiak Mahadi, akan terjadi sesuatu, bisa jadi maksudnya gempa. Saya pribadi juga teringat lagi rencana jalan-jalan ke Lombok Utara, keinginan itu sirna begitu saja karena di sana kerusakannya sangat parah.
Minggu, 5 Agustus 2019
Waktu itu masih sore, selesai bekerja (atau mungkin selesai main game) saya sempat nonton berita bahwa BMKG menyatakan tidak akan ada lagi gempa susulan di atas M5. Saya pribadi nanggapinnya seperti sesumbar. Lalu saya mandi dan sempat berpesan jangan taruh airsoft M4 saya disandarkan di tembok karena saya takut dia jatuh soalnya ada kacanya. Selesai mandi, baru saja menyalakan game PUBG, kira-kira sejam setelah nonton berita, gempa bumi besar kembali terjadi. Ibu panik manggil-manggil adik paling kecil sambil dorong saya keluar rumah. Saya tidak langsung keluar, masih manggil-manggil adik soalnya setahu saya adik ada di belakang. Benar saja, adik dan istri saya sempat berdikusi apakah itu suara gempa atau suara kucing bertengkar di atas atap. Akhirnya mereka lari semua ke luar rumah. Setelah di luar, gempa masih besar. Pohon-pohon masih berguncang dengan arah timur-barat. Ibu berdoa supaya gempa cepat reda, adik menangis, saya melihat kilatan cahaya di langit timur. Gempa sebesar itu beberapa detik saja sudah cukup memutuskan aliran listrik. Kami dan para tetangga hanya bisa bengong di luar rumah. Kenapa hari minggu lagi? Syukur tadi sempat suruh istri jangan sandarin M4 di tembok.
Kondisi rumah cuma retak di beberapa titik.
Tapi kepanikan tidak berhenti di situ, setelah beberapa gempa susulan, disusul lagi dengan informasi tsunami dari arah barat. Sulit untuk tidak percaya, karena memang gempanya besar banget. Semua panik, saling menyuruh pergi ke arah tinggi. Tapi ibu saya tenang masalah itu, karena jarak kami memang jauh banget dari pantai. Justru ibu saya malah bilang jangan meninggalkan rumah, karena bisa jadi ada maling. Tapi adik laki-laki saya terus ngotot ke lapangan, demi keselamatan. Setelah ibu kunci pintu, kami pun segera ke lapangan. Kemudian pengumuman resmi pun datang melalui pengeras suara dari mobil patroli bahwa peringatan tsunami dibatalkan. Kami pun pulang ke rumah masing-masing.
Otomatis tidak berani tidur di dalam lagi, akhirnya kami dan tetangga langsung membangun tenda darurat di jalan depan rumah kami. Tengah malam nonton berita, kembali merenggut ratusan nyawa.
Sehari berlalu, ternyata benar kecurigaan ibu saya. Kabar yang dibawa orang bahwa telah terjadi tsunami sehingga memicu kepanikan, dimanfaatkan oleh orang jahat, puluhan sepeda motor hilang malam itu. Benar-benar bikin marah memang. Kemudian, setiap malam hampir selalu ada gempa susulan. Jadi kami tetap tidur di luar rumah dan sebagian di teras rumah.
Kamis, 9 Agustus 2018
Baru kali itu pagi hari terasa menenangkan hati. Entah kenapa rasanya badan lelah sekali dan ngantuk. Akhirnya saya tidur siang sama istri, sekitar pukul 3 atau 4 sore, kami terbangun dengan penuh ketakutan. Di awali dari getaran kecil, kami sempat diam lalu getaran besar yang terasa naik-turun, kami lari dan saya sempat dengan ada yang jatuh di dalam rumah. Tangga aluminium terjatuh, helm jauh dan sedikit bagian atas tembok pecah dan jatuh di atas lemari kaca. Di Cakra, daerah perdagangan memakan 1 korban jiwa karena tertimpa runtuhan tembok.
Minggu, 16 Agustus
Rasanya seperti yakin bahwa gempa sudah selesai, kami mulai berani tidur di dalam rumah lagi. Saya pun bersantai sambil nonton film di laptop. Cuma namanya firasat kali ya, entah kenapa tadinya saya taruh piring usai makan di dekat pintu kamar, lalu langsung berpikir pindahkan piring siapa tau ada gempa, itu sekitar pukul 11 malam, istri baru saja selesai gosok gigi. 1 menit kemudian benar terjadi gempa. Saya dan istri sempat saling tatap, dan kami sepakat itu memang gempa. Sekiranya 3-5 detik, gempa sebesar itu lagi-lagi segera memutus aliran listrik. Saya dan istri yang tadinya lari dari dalam kamar, begitu di depan kamar, kami jalan pelan-pelan sambil meraba-raba tembok dalam kegelapan. Sungguh menegangkan, kami semua segera keluar. Kali ini gempa terasa berbeda, tanah tidak terasa bergetar kiri-kanan atau naik-turun, tapi terasa berayun dari arah utara-selatan sehingga tiang listrik bukannya bergetar tapi berayun bersama kabel-kabelnya. Durasinya cukup lama, rasanya persis seperti berada di atas kapal laut dalam keadaan gelombang besar. Saya pun langsung duduk di tengah jalan karena mendadak pusing dan mual, persis seperti mabuk laut.
Lagi-lagi kami bengong setelah sempat histeris, tetangga menyalakan lampu emergency, dan hanya diam di luar. Tiba-tiba tetangga dari gang sebelah datang, akhirnya membantu menyiapkan tenda darurat lagi. Kami menyiapkan bersama-sama dan kembali tidur di luar. Musim gempa begini, mau ke kamar mandi sendiri saja rasanya sangat mencekam. Membayangkan bagaimana kalau terjadi gempa saat buang air.
Kira-kira listrik kembali menyala pukul 1-2 malam, saya langsung nonton berita. Ratusan nyawa kembali melayang di Lombok Utara, sedangkan di sana listrik masih mati. Tenaga bantuan sulit menjangkau para korban karena terlalu gelap dan kurangnya sumber cahaya.
Tapi kepanikan tidak berhenti di situ, setelah beberapa gempa susulan, disusul lagi dengan informasi tsunami dari arah barat. Sulit untuk tidak percaya, karena memang gempanya besar banget. Semua panik, saling menyuruh pergi ke arah tinggi. Tapi ibu saya tenang masalah itu, karena jarak kami memang jauh banget dari pantai. Justru ibu saya malah bilang jangan meninggalkan rumah, karena bisa jadi ada maling. Tapi adik laki-laki saya terus ngotot ke lapangan, demi keselamatan. Setelah ibu kunci pintu, kami pun segera ke lapangan. Kemudian pengumuman resmi pun datang melalui pengeras suara dari mobil patroli bahwa peringatan tsunami dibatalkan. Kami pun pulang ke rumah masing-masing.
Otomatis tidak berani tidur di dalam lagi, akhirnya kami dan tetangga langsung membangun tenda darurat di jalan depan rumah kami. Tengah malam nonton berita, kembali merenggut ratusan nyawa.
Sehari berlalu, ternyata benar kecurigaan ibu saya. Kabar yang dibawa orang bahwa telah terjadi tsunami sehingga memicu kepanikan, dimanfaatkan oleh orang jahat, puluhan sepeda motor hilang malam itu. Benar-benar bikin marah memang. Kemudian, setiap malam hampir selalu ada gempa susulan. Jadi kami tetap tidur di luar rumah dan sebagian di teras rumah.
Kamis, 9 Agustus 2018
Baru kali itu pagi hari terasa menenangkan hati. Entah kenapa rasanya badan lelah sekali dan ngantuk. Akhirnya saya tidur siang sama istri, sekitar pukul 3 atau 4 sore, kami terbangun dengan penuh ketakutan. Di awali dari getaran kecil, kami sempat diam lalu getaran besar yang terasa naik-turun, kami lari dan saya sempat dengan ada yang jatuh di dalam rumah. Tangga aluminium terjatuh, helm jauh dan sedikit bagian atas tembok pecah dan jatuh di atas lemari kaca. Di Cakra, daerah perdagangan memakan 1 korban jiwa karena tertimpa runtuhan tembok.
Minggu, 16 Agustus
Rasanya seperti yakin bahwa gempa sudah selesai, kami mulai berani tidur di dalam rumah lagi. Saya pun bersantai sambil nonton film di laptop. Cuma namanya firasat kali ya, entah kenapa tadinya saya taruh piring usai makan di dekat pintu kamar, lalu langsung berpikir pindahkan piring siapa tau ada gempa, itu sekitar pukul 11 malam, istri baru saja selesai gosok gigi. 1 menit kemudian benar terjadi gempa. Saya dan istri sempat saling tatap, dan kami sepakat itu memang gempa. Sekiranya 3-5 detik, gempa sebesar itu lagi-lagi segera memutus aliran listrik. Saya dan istri yang tadinya lari dari dalam kamar, begitu di depan kamar, kami jalan pelan-pelan sambil meraba-raba tembok dalam kegelapan. Sungguh menegangkan, kami semua segera keluar. Kali ini gempa terasa berbeda, tanah tidak terasa bergetar kiri-kanan atau naik-turun, tapi terasa berayun dari arah utara-selatan sehingga tiang listrik bukannya bergetar tapi berayun bersama kabel-kabelnya. Durasinya cukup lama, rasanya persis seperti berada di atas kapal laut dalam keadaan gelombang besar. Saya pun langsung duduk di tengah jalan karena mendadak pusing dan mual, persis seperti mabuk laut.
Lagi-lagi kami bengong setelah sempat histeris, tetangga menyalakan lampu emergency, dan hanya diam di luar. Tiba-tiba tetangga dari gang sebelah datang, akhirnya membantu menyiapkan tenda darurat lagi. Kami menyiapkan bersama-sama dan kembali tidur di luar. Musim gempa begini, mau ke kamar mandi sendiri saja rasanya sangat mencekam. Membayangkan bagaimana kalau terjadi gempa saat buang air.
Kira-kira listrik kembali menyala pukul 1-2 malam, saya langsung nonton berita. Ratusan nyawa kembali melayang di Lombok Utara, sedangkan di sana listrik masih mati. Tenaga bantuan sulit menjangkau para korban karena terlalu gelap dan kurangnya sumber cahaya.
"Lagi-lagi kami heran, kenapa gempa besar kembali terjadi di hari Minggu?"
Itu adalah gempa besar terakhir yang terjadi, benar kata orang di sosmed yang pernah merasakan gempa besar, bahwa gempa susulan terjadi selama 6 bulan. Sejak 29 Juli 2018, masih terjadi gempa susulan sampai Januari 2019. Tetapi batin kami sudah mulai pulih walaupun perekenomian belum pulih dengan cepat. Memang masih ada dampak-dampak dari gempa dalam keseharian kami, tetapi kami berharap semoga Lombok tidak dilanda gempa besar lagi.
Komentar
Posting Komentar